Gamal berasal dari Amerika Tengah dan Brasil yang beriklim kering. Gamal dapat tumbuh subur hingga ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Di Indonesia, gamal pertama kali dibawa oleh orang Belanda ke Medan tepatnya di Kabupaten Deli untuk digunakan sebagai tanaman pelindung teh, dari sini kemudian menyebar ke seluruh Sumatera dan Jawa.
Ciri-Ciri gamal adalah pohonnya bercabang banyak dengan ketinggian 2-15 cm, batang berdiameter 15-30 cm, bunga berbentuk malai, berwarna merah jambu, dan daunnya akan berguguran pada musim kemarau.
Gamal Sebagai Pakan Ternak Ruminansia
Daun gamal memiliki kandungan protein tinggi lebih dari 17 % yang mudah dicerna oleh ternak ruminansia. Sebagai perbandingan berikut adalah tabel kandungan nutrisi daun gamal
Hijauan
|
BK (%)
|
PK (%)
|
SK (%)
|
Abu
|
Ca
|
P
|
CP (%)
|
Gamal
|
29,1
|
23
|
20,7
|
20,7
|
76,000
|
76,000
|
55,3
|
Meski banyak mengandung protein, gamal memiliki zat anti nutrisi (zat racun), yaitu dicaumerol dan Asam Sianida (HCN), Nitrit, dan Tanin. Dicaumerol merupakan senyawa yang mengikat vitamin K dan dapat mengganggu serta menggumpalkan darah. Dicaumerol akan sangat berbahaya pada ternak monogastrik seperti kelinci dan unggas yang dapat menyebabkan kematian. Sedangkan pada ternak ruminansia tidak begitu berbahaya. Pada Asam Sianida, Nitrat, dan Tanin nilai konsentrasinya rendah, namun tetap harus diwaspadai. Oleh karena itu pemberian Gamal pada ternak ruminansia sebaiknya dicampur dengan rumput lain. Lebih lanjut gamal harus dilayukan terlebih dahulu bertujuan meningkatkan kuantitas asupan pakan.
Post a Comment